Pemakaian
sistem informasi
Meningkatnya
penggunaan komputer menjadi perhatian yang semakin besar, terutama pengaruhnya
terhadap etika dan sosial di masyarakat pengguna. Di satu sisi, perkembangan teknologi komputer
sebagai sarana informasi memberikan banyak keuntungan. Salah satu manfaatnya
adalah bahwa informasi dapat dengan segera diperoleh dan pengambilan keputusan
dapat dengan cepat dilakukan secara lebih akurat, tepat dan berkualitas.
Namun, di sisi lain, perkembangan teknologi
informasi, khususnya komputer menimbulkan masalah baru. Secara umum,
perkembangan teknologi informasi ini mengganggu hak privasi individu. Bahwa
banyak sekarang penggunaan komputer sudah di luar etika penggunaannya,
misalnya: dengan pemanfaatan teknologi komputer, dengan mudah seseorang dapat
mengakses data dan informasi dengan cara yang tidak sah. Belum lagi ada
sebagian orang yang memanfaatkan komputer dan internet untuk mengganggu orang
lain dengan tujuan sekedar untuk kesenangan serta hobinya. Adapula yang
memanfaatkan teknologi komputer ini untuk melakukan tindakan kriminal. Bukan
suatu hal yang baru bila kita mendengar bahwa dengan
kemajuan teknologi ini, maka semakin meningkat kejahatan dengan
memanfaatkan teknologi informasi ini.
Pada
perkembangannnya, beberapa faktor negatif terjadi berkaitan dengan penggunaan
sistem informasi oleh manusia, mengingat dalam menggunakan komputer, pengguna
berhubungan dengan sesuatu yang tidak tampak. Dibalik kecepatan, kecermatan dan
keotomatisan dalam memproses pekerjaan, ternyata teknologi informasi memuat
dilema-dilema etis sebagai akibat sampingan dari adanya unsur manusia sebagai
pembuat, operator dan sekaligus penggunanya.
Terdapat
fakta-fakta yang mengindikasikan bahwa mayoritas penjahat komputer adalah
mereka yang masih muda, cerdas dan kebanyakan laki-laki. Kemampuan mereka dalam
menerobos bahkan merusak system semakin maju seolah kejar-mengejar dengan
perkembangan proteksi yang dibuat untuk melindungi sistem tersebut. Berbagai
macam bentuk fraud mengiringi pemakaian sistem informasi semisal
pembelian barang melalui internet dengan menggunakan kartu kredit bajakan.
Manusia sebagai
pembuat, operator dan sekaligus pengguna system tersebutlah yang akhirnya
menjadi faktor yang sangat menentukan kelancaran dan keamanan sistem. Hal-hal
inilah yang kemudian memunculkan unsur etika sebagai faktor yang sangat penting
kaitannya dengan penggunaan sistem informasi berbasis komputer, mengingat salah
satu penyebab pentingnya etika adalah karena etika melingkupi wilayah-wilayah
yang belum tercakup dalam wilayah hukum. Faktor etika disini menyangkut
identifikasi dan penghindaran terhadap unethical behavior dalam
penggunaan sistem informasi berbasis komputer.
Identifikasi
terhadap unethical behavior melibatkan unsur-unsur didalam dan diluar
diri manusia sebagai atribut-atribut yang mempengaruhi perilaku manusia.
Atribut-atribut karakteristik demografi manusia seperti umur, gender, tingkat
kecerdasan, disamping nilai-nilai agama dan keluarga adalah unsur internal yang
dimaksud. Sedangkan lingkungan sekitar seperti struktur organisasi, budaya dan
situasi sekitar adalah faktor eksternal yang ikut menentukan perilaku manusia.
CBIS
Computer Based Information System (CBIS) atau yang dalam Bahasa Indonesia disebut juga
Sistem Informasi Berbasis Komputer
merupakan sistem pengolah data
menjadi sebuah informasi yang berkualitas dan
dipergunakan untuk suatu alat bantu
pengambilan keputusan. Beberapa istilah yang terkait dengan
CBIS yang akan dibahas pada bagian ini antara lain adalah data, informasi,
sistem, sistem informasi dan “basis komputer” sebagai kata kuncinya.
Data
Banyak terdapat pengertian data yang dirangkum dari
berbagai sumber. Bagian ini akan mengutip tiga pengertian data dari sudut
pandang yang berbeda-beda.
1. Menurut berbagai kamus bahasa Inggris-Indonesia, data
diterjemahkan sebagai istilah yang berasal dari kata “datum” yang berarti
fakta atau bahan-bahan keterangan.
2. Dari sudut pandang bisnis, terdapat pengertian data
bisnis sebagai berikut : “Business data is an organization's description of
things (resources) and events (transactions) that it faces”.
Jadi data, dalam hal ini disebut sebagai data bisnis,
merupakan deskripsi organisasi tentang sesuatu (resources) dan kejadian (transactions)
yang terjadi.
3. Pengertian yang lain mengatakan bahwa “data is the
description of things and events that we face”. Data merupakan deskripsi dari sesuatu
dan kejadian yang kita hadapi.
Jadi pada
intinya, data merupakan
kenyataan yang menggambarkan
suatu kejadian dan merupakan kesatuan nyata
yang nantinya akan digunakan sebagai bahan dasar suatu informasi.
Informasi
Berikut juga akan disampaikan
pengertian informasi dari berbagai sumber.
1. Menurut Gordon B. Davis
dalam bukunya Management
Informations System : Conceptual
Foundations, Structures, and Development
menyebut informasi sebagai data
yang telah diolah
menjadi bentuk yang berguna bagi
penerimanya dan nyata, berupa nilai yang dapat dipahami di dalam
keputusan sekarang maupun masa depan.
2. Menurut Barry E. Cushing dalam buku
Accounting Information System and Business Organization, dikatakan
bahwa informasi merupakan
sesuatu yang menunjukkan hasil
pengolahan data yang diorganisasi dan berguna kepada
orang yang menerimanya.
3. Menurut Robert N. Anthony dan John Dearden dalam buku Management
Control Systems, menyebut informasi sebagai suatu kenyataan, data, item
yang menambah pengetahuan bagi penggunanya.
4. Menurut Stephen A. Moscove dan Mark G. Simkin
dalam bukunya Accounting Information Systems : Concepts and Practise
mengatakan informasi sebagai kenyataan atau bentuk-bentuk yang berguna yang
dapat digunakan untuk pengambilan keputusan bisnis.
Dari keempat pengertian seperti tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa informasi merupakan hasil dari pengolahan data menjadi
bentuk yang lebih berguna bagi yang menerimanya yang menggambarkan
suatu kejadian-kejadian nyata dan dapat digunakan sebagai alat
bantu untuk pengambilan suatu keputusan.
Sistem Informasi
Sistem Informasi merupakan sistem pembangkit informasi.
Dengan integrasi yang dimiliki antar sub- sistemnya, sistem
informasi akan mampu menyediakan
informasi yang berkualitas, tepat, cepat dan akurat sesuai
dengan manajemen yang membutuhkannya.
Berbasis Komputer
Sistem Informasi “berbasis komputer” mengandung arti bahwa
komputer memainkan peranan penting dalam sebuah sistem informasi. Secara teori,
penerapan sebuah Sistem Informasi memang tidak harus menggunakan komputer dalam
kegiatannya. Tetapi pada prakteknya tidak mungkin sistem informasi yang sangat
kompleks itu dapat berjalan dengan baik jika tanpa adanya komputer.
Sistem Informasi yang akurat
dan efektif, dalam
kenyataannya selalu berhubungan dengan istilah “computer-based”
atau pengolahan informasi yang berbasis pada komputer.
MANAJEMEN
INFORMASI
Output
informasi dari komputer digunakan oleh para manajer, nonmanajer,
serta
orang-orang dan organisasi-organisasi dalam lingkungan
perusahaan.
Manajer berada pada semua tingkat organisasi perusahaan, dan
dalam
semua area bisnis. Manajer melaksanakan berbagai fungsi dan peran,
supaya berhasil
dalam aktivitasnya manajer memerlukan keahlian dalam
komunikasi
dan pemecahan masalah. Manajer perlu mengerti komputer
(computer
literate), tetapi yang lebih penting mereka perlu mengerti informasi
(information
literate).
Manajer
harus mampu melihat bahwa unit yang berada di bawah
kendalinya
merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa subsistem dan
berada
dalam supersistem yang lebih besar. Perusahaan atau lembaga adalah
suatu
sistem yang bersifat fisik, namun dikelola dengan menggunakan suatu
sistem
konseptual. Sistem konseptual itu terdiri dari suatu pengolah informasi
yang
mengubah data menjadi informasi dan menggambarkan sumber daya fisik.
Penjelasan
di atas dapat dipertegas dengan ilustrasi sebagai berikut:
Manajer perusahaan berskala kecil dengan aset yang
belum begitu besar, dan
sumber daya manusia terbatas, misalnya sebuah kios,
masih mampu mengelola
usahanya
dengan mengamati aktiva-aktiva berwujudnya seperti barang
dagangan, cash register, ruangan, dan bahkan arus
pelanggan. Pada saat skala
operasi
meningkat menjadi suatu perusahaan dengan ratusan atau ribuan
pekerja, dengan operasi yang tersebar di wilayah yang
luas, manajer tidak lagi
dapat mengandalkan pengamatan, tetapi harus lebih
mengandalkan informasi.
Manajer memanfaatkan banyak laporan atau informasi
untuk memahami atau
mengetahui kondisi fisik perusahaan. Sehingga dapat
dibayangkan betapa
mudahnya seorang direktur memahami seluruh kondisi
perusahaan dalam sesaat
dengan
memanfaatkan informasi, sekaligus mengandalkan informasi tersebut
untuk
pengambilan keputusan.
Dengan
demikian para manajer menyadari sepenuhnya bahwa informasi
merupakan
suber daya yang sangat berharga, sehingga perlu dikelola sebaikbaiknya,
hal ini
senada dengan pendapat Wahyudi Kumorotomo ((2001:2) yang
menjelaskan
bahwa semakin banyak organisasi atau perusahaan yang
mencurahkan
perhatian utamanya pada penciptaan informasi yang bermanfaat
bagi
manajemen, namun yang lebih penting lagi adalah bahwa hanya
perusahaan
atau organisasi yang mampu mencari dan mendapatkan informasi
secara
efektif yang akan berhasil. Lebih jauh Reymond McLeod (2004:3)
menjelaskan tentang pentingnya sumber daya inforamsi,
dengan memasukkan
informasi ke dalam lima jenis utama sumber daya, yaitu: manusia,
material,
mesin (termasuk fasilitas dan energi), uang, dan
informasi (termasuk data).
Tugas manajer adalah mengelola kelima sumber daya
tersebut agar dapat
digunakan dengan cara yang paling efektif. Empat
jenis sumber daya yang
pertama memiliki wujud (kasat mata), sehingga secara
fisik dapat disentuh,
dikelola
dan dimanfaatkan secara langsung. Sumber daya tersebut dikenal
dengan istilah sumber daya fisik, sedangkan sumber
daya yang ke lima
yaitu
informasi, hanya memiliki nilai dari apa yang
diwakilinya, bukan dari bentuk atau
wujudnya. Sumber daya informasi disebut juga dengan
sumber daya konseptual.
Para manajer
dituntut agar dapat menggunakan sumber daya konseptual untuk
mengelola sumber daya fisik.
Terkait dengan pendapat di atas Wahyudi Kumorotomo
(2001:9)
menjelaskan bahwa setiap unsur pembentuk organisasi
adalah penting dan harus
mendapat perhatian yang utuh supaya manajer dapat
bertindak lebih efekti.
Kemudian yang dimaksud dengan unsur atau komponen
pembentuk organisasi
adalah bukan hanya bagian-bagian yang tampak secara
fisik, tetapi juga hal-hal
yang bersifat abstrak atau konseptual.
Sumber daya diperoleh dan disusun agar siap digunakan
pada saat
diperlukan. Pada proses penyusunan sumber daya
mengharuskan kegiatan
pengubahan bahan mentah menjadi suatu bentuk yang
lebih siap digunakan,
menjadi lebih halus, tepat ukuran, akurat, pasti, dan
sebagainya.
Proses pengolahan atau penyusunan sumber daya menjadi
lebih baik
tersebut, memerlukan biaya mahal, sehingga setelah
sumber daya tersebut
disusun seorang manajer dituntut untuk memaksimalkan
penggunaan sumber
daya dalam kegiatan manajemennya. Selanjutnya manajer
harus meminimalkan
biaya dan waktu yang terbuang untuk perbaikan sumber
daya dengan cara
menjaga berfungsinya sumber daya secara kontinyu pada
titik efisiensi puncak.
Manajer baru melakukan penggantian sumber daya
tersebut pada saat kritis,
sebelum sumber daya tersebut menjadi tidak efisien
atau usang.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa sumber daya
terdiri dari
sumber daya fisik dan sumber daya konseptual. Manajer
harus mampu
mengelola kedua sumber daya tersebut. Mengelola
sumber daya konseptual
dalam hal ini informasi tidak semudah mengelola
sumber daya fisik, karena
obyek yang
dikelola hanya merupakan representasi dari suatu benda berujud
atau
bahkan hanya sebuah fenomena yang hanya dapat dirasakan, didengar
atau dicium baunya. Dengan demikian dibutuhkan
personal yang memahami
value added dari sebuah sumber daya konseptual, agar
model dan cara
pengelolaannya tepat. Manajer harus memahami bahwa
lahirnya sebuah
informasi melalui tahapan yang cukup rumit, sehingga
mampu memfasilitasi
personal yang bertugas mengelola sumber daya
konseptual.
Fasilitas yang disediakan harus mencakup semua proses
pengelolaan
informasi
mulai dari pengumpulan data mentah, sampai pada kegiatan proses
data menjadi
sebuah informasi yang berguna. Informasi tersebut selanjutnya
akan
didistribusikan kepada pihak-pihak dalam organisasi yang layak menerima,
dalam
bentuk yang tepat, saat yang tepat sehingga dapat dimanfaatkan secara
optimal. Akhirnya manajer akan membuang atau
memusnahkan informasi yang
tidak berguna untuk diganti dengan informasi yang
lebih mutakhir dan akurat.
Kegiatan tersebut harus dilakukan oleh personal
pengelola sumber daya
konseptual dengan dukungan fasilitas yang memadai.
Seluruh aktivitas tersebut
mulai dari memperolah informasi, menggunakannya
seefektif mungkin, dan
membuangnya pada saat tidak dibutuhkan lagi, dengan
dukungan fasilitas yang
memadai oleh Reymond McLeod (2004:4) disebut dengan
istilah manajemen
informasi.
Sumber:
www.google.com