Rabu, 21 Maret 2012

Manusia dan Lingkungan



     
Isu Lingkungan
Isu lingkungan global mulai muncul dalam berberapa dekade belakangan ini. Kesadaran manusia akan lingkungannya yang telah rusak membuat isu lingkungan ini mencuat. Isu yang paling penting dalam lingkungan adalah mengenai pemanasan global. “Pemanasan global disebabkan oleh efek rumah kaca yaitu bertambahnya jumlah gas-gas rumah kaca (GRK) di atmosfir yang menyebabkan energi panas yang seharusnya dilepas ke luar atmosfir bumi dipantulkan kembali ke permukaan dan menyebabkan temperature permukaan bumi menjadi lebih panas ”Dalam buku rekor dunia Guinness edisi 2008, Indonesia tercatat sebagai Negara yang hutannya paling cepat mengalami kerusakan (deforestasi). Perkiraan Greenpeace, 76%-80% deforestasi ini dipercepat oleh tingginya angka pembalakan liar, penebangan legal, dan kebakaran hutan. Dalam data yang dimiliki oleh Greenpeace disebutkan bahwa dari 44 negara yang secara kolektif memiliki 90% hutan dunia, negara yang meraih tingkat laju deforestasi tahunan tercepat di dunia adalah Indonesia. Dengan 1,8 juta hektare hutan hancur per tahun antara tahun 2000 hingga 2005. Tingkat kehancuran hutan sebesar 2% setiap tahunnya atau setara 51 kilometer persegi per hari. Total hutan Indonesia mencapai 120,35 juta hektare dari wilayah seluas 1.919.440 kilometer persegi. Namun saat ini, Indonesia juga menjadi negara penghasil kayu utama dunia dalam bentuk kayu lapis, kayu gergajian, kayu pertukangan, furnitur, hingga ke produk bubur kertas. Tujuan ekspor utama yaitu Malaysia, Singapura, China, Jepang, Korea Selatan, Negara Eropa, dan Amerika. (mediaindonesia.com) Sungguh tragis memang keadaan Indonesia saat ini. Negara kita di mata internasional dianggap sebagai salah satu negara yang menyumbang kerusakan alam global terbesar. Parahnya, Pemerintah rela mengorbankan lingkungan demi mengejar pendapatan negara semata. Keadaan ini tidak boleh dibiarkan terus menerus. Pemerintah diharapkan dapat lebih bijak dalam menggunakan sumber daya alam, khususnya yang berpengaruh dengan lingkungan global, seperti hutan lindung. Masalah-masalah seperti pembalakan liar harus disikapi dengan tegas.

Dorongan yang keliru yang menghambat penggunaan sumber daya alam secara berkelanjutan

Sumber daya alam memberikan kontribusi yang besar kepada PDB Indonesiadan anggaran belanja Pemerintah. Sektor pertanian, kehutanan, danpertambangan menyumbang sekitar 25% PDB Indonesia dan sekitar 30% dariseluruh penerimaan anggaran Pemerintah (pada tahun 2005, pajakpenghasilan atas migas mencapai 7% dari pendapatan, dan penerimaanbukan pajak atas pendatan sumber daya alam mencapai 22% dari pendapatannegara). Namun, kebijakan makro ekonomi Indonesia (kebijakan pendapatanpajak dan bukan pajak serta pola perimbangan keuangan) tampaknyamendorong terjadinya pengurasan sumber daya akibat penggunaan yangterus-menerus karena melalui kebijakan-kebijakan ini pemerintahkabupaten, berdasarkan pendapatan sumber daya dan bukan kinerja ataukepengurusan, tidak memperoleh pendapatan pajak yang memadai dari usahakehutanan dan perikanan (yang terkait dengan sumber daya lain), dantidak mengizinkan diberikannya sumbangan amal oleh individu atau badanusaha.
Persepsi masyarakat tentang masalah lingkungan dan prioritas pembangunan Pemerintah

Kesadaran masyarakat penting dalam upaya mengatasi masalah lingkungandi Indonesia, dari risiko bencana alam sampai konservasi biodiversitas.Warga masyarakat yang terinformasi dan sadar dapat mengambil tindakanuntuk mengatasi masalah-masalah lingkungan dan dapat membentuk kelompokuntuk peningkatan upaya penanganan di tingkat politik maupun pemerintahdaerah. Namun, di tingkat yang lebih luas, nilai-nilai lingkungan belumtertanam dengan kuat pada masyarakat sehingga mereka kurang menghargaisumber daya alam dan pelayanan lingkungan. Partisipasi dan suara dalampengambilan keputusan merupakan unsur penting dalam penyelenggaraanyang baik. Bencana-bencana lingkungan yang baru-baru ini terjadi(banjir, lumpur, kebakaran, erosi) memang telah mendorong perhatianyang lebih besar kepada masalah lingkungan, namun pengkajian lebihlanjut mengenai pengetahuan, sikap dan praktek masih perlu dilakukanuntuk mengetahui sampai sejauh mana pemahaman ini mencapai masyarakatdi luar pusat-pusat perkotaan, dan apa saja sarana yang paling cocokuntuk membangun di atas kesadaran dasar ini.

Manfaat sosial, lingkungan dan ekonomi, risiko dan biaya langkah-langkah alternatif pembangunan

Di Indonesia, kebijakan energi, praktek sektor kehutanan dan masalahperubahan iklim saling berhubungan erat. Bahan bakar fosil mendominasikonsumsi energi di Indonesia, di daerah pedesaan maupun perkotaan, danIndonesia secara bertahap sedang meningkatkan penggunaan energi yangdihasilkan oleh batu bara (sekitar 40% pada tahun 2002). Indonesia jugamerupakan penghasil gas rumah kaca terbesar ketiga di dunia, yangmemproduksi 80% gas rumah kaca dari perubahan penggunaan lahan selainpenebangan hutan dan kebakaran hutan/gambut.
Kebijakan energinasional mendorong peningkatan pemanfaatan sumber energi yang dapatdiperbaharui termasuk biomassa, panas bumi dan tenaga air. Pada saatyang sama, Pemerintah merencanakan pemanfaatan batu bara berskala besaruntuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor minyak.Peningkatan pemanfaatan batu bara dapat menimbulkan dampak lingkungannegatif yang signifikan terkait dengan kandungan sulfur yang tinggi dandampak potensial terhadap hutan akibat pembukaan lahan. Solusi energialternatif diperlukan bagi daerah-daerah yang lebih terpencil dengan harga yang sesuai dan dukungan sektor publik.
Polusi
Adanya bahan polusi atau polutan dapat merusak lingkungan. Timbulnya pencemaran tentu erat kaitaannya atau disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia antara lain:
·         Kegiatan-kegiatan industri, dalam bentuk limbah, zat-zat buangan berbahaya seperti logam0-logam berat, zat radioaktif, air buangan panas, juga dalam bentuk kepulan asap, bisingan suara.
·         Kegiatan pertambangan berupa terjadinnya kerusakan instalasi, kebocoran, pencemaran buangan-buangan penambangan, pencemaran udara, dan rusaknya lahan akibat pertambangan.
·         Kegiatan transportasi, berupa kepulan asap, naiknta suhu udara kota, kebisingan dari kendaraan bermotor, tumpahan-tumpahan bahan bakar kendaraan bermotor terutama minyak bumi dari kapal tanker.
·         Kegiatan pertanian, terutama akibat dari residu pemakaian zat-zat kimia yang memberantas hama seperti insektisida, pestisida, herbisida, demikian pula dengan pupuk organic.

Suatu zat dikatakan polutan bila :
·         Kadarnya melebih batas normal
·         Berada pada tempat yang tidak semestinya
·         Berada pada waktu yang tidak tepat

Sifat-sifat polutan antara lain:
·         Merusak untuk sementara, dan setelah bereaksi dengan zat lingkungannya tidak merusak lagi merusak setelah jangka waktu tertentu

Daftar Pustaka:


Manusia Keragaman dan Kesetaraan


Pendahuluan
Keragaman atau kemajemukan merupakan kenyataan dalam kehidupan bermasyarakat. Keragaman merupakan salah satu faktor utama yang dialami masyarakat dan kebudayaan di masa silam, kini dan di waktu-waktu mendatang Sebagai fakta,  keragaman sering ditanggapi secara berbeda oleh semua lapisan masyarakat. Di satu sisi diterima sebagai kenyataan yang dapat memperkaya kehidupan bersama, tetapi di sisi lain dianggap sebagai faktor penyulit. Kemajemukan bisa mendatangkan manfaat yang besar, namun juga bisa menjadi pemicu konflik yang dapat merugikan masyarakat sendiri jika tidak dikelola dengan baik.
            Setiap manusia di lahirkan setara dengan jati diri pribadi masing-masing dan sudah di miliki sejak manusia itu di lahirkan. Setiap orang memiliki hak dasar yang sama yaitu hak asasi manusia. Kesetaraan dalam derajat kemanusiaan di tunjukkan dengan adanya pranata-pranata social misalnya pranata hukum. Kesetaraan derajat individu melihat individu sebagai manusia yang berderajat sama dengan meniadakan hierarki atau jenjang sosial yang menempel pada dirinya berdasarkan atas asal rasial, sukubangsa, kebangsawanan, atau pun kekayaan dan kekuasaan

a.    Pengertian Keragaman dan kesetaraan
Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu berkaitan dengan konsep kesetaraan dan keragaman. Konsep kesetaraan (equity) bisa dikaji dengan pendekatan formal dan pendekatan substantif. Pada pendekatan formal kita mengkaji kesetaraan berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku, baik berupa undang-undang, maupuin norma, sedangkan pendekatan substantif mengkaji konsep kesetaraan berdasarkan keluaran / output, maupun proses terjadinya kesetaraan. Konsep kesetaraan biasanya dihubungkan dengan gender, status sosial, dan berbagai hal lainnya yang mencirikan perbedaan-perbedaan serta persamaan-persamaan. Sedangkan konsep keragaman merupakan hal yang wajar terjadi pada kehidupan dan kebudayaan umat manusia. Kalau kita perhatikan lebih cermat, kebudayaan Barat dan Timur mempunyai landasan dasar yang bertolak belakang. Kalau di Barat budayanya bersifat antroposentris (berpusat pada manusia) sedangkan Timur, yang diwakili oleh budaya India, Cina dan Islam, menunjukkan ciri teosentris (berpusat pada Tuhan. Dengan demikian konsep-konsep yang lahir dari Barat seperti demokrasi, mengandung elemen dasar serba manusia, manusia-lah yang menjadi pusat perhatiannya. Sedangkan Timur mendasarkan segala aturan hidup, seperti juga konsep kesetaraan dan keberagaman, berdasarkan apa yang diatur oleh Tuhan melalui ajaran-ajarannya. Penilaian atas realisasi kesetaraan dan keragaman pada umat manusia, khususnya pada suatu masyarakat, dapat dikaji dari unsur-unsur universal kebudayaan pada berbagai periodisasi kehidupan masyarakat. Sehubungan dengan itu Negara kebangsaan Indonesia terbentuk dengan ciri yang amat unik dan spesifik. Berbeda dengan Jerman, Inggris, Perancis, Italia, Yunani, yang menjadi suatu negara bangsa karena kesamaan bahasa. Atau Australia, India, Sri Lanka, Singapura, yang menjadi satu bangsa karena kesamaan daratan. Atau Jepang, Korea, dan negara-negara di Timur Tengah, yang menjadi satu negara karena kesamaan ras. Indonesia menjadi satu negara bangsa meski terdiri dari banyak bahasa, etnik, ras, dan kepulauan. Hal itu terwujud karena kesamaan sejarah masa lalu; nyaris kesamaan wilayah selama 500 tahun Kerajaan Sriwijaya dan 300 tahun Kerajaan Majapahit dan sama-sama 350 tahun dijajah Belanda serta 3,5 tahun oleh Jepang.
Mengelola Keragaman
Ada banyak cara mengelola keragaman antara lain dapat dilakukan dengan:
·         Untuk mendekonstruksi stereotip dan prasangka terhadap identitas lain
·         Untuk mengenal dan berteman dengan sebanyak mungkin orang dengan identitas yang berbeda – bukan sebatas kenal nama dan wajah, tetapi mengenali latar belakang, karakter, ekspektasi, dll, makan bersama, saling berkunjung, dll
·         Untuk mengembangkan ikatan-ikatan (pertemanan, bisnis, organisasi, asosiasi, dll) yang bersifat inklusif dan lintas identitas, bukan yang bersifat eksklusif
·         Untuk mempelajari ritual dan falsafah identitas lain
·         Untuk mengembangkan empati terhadap identitas yang berbeda
·         Untuk menolak berpartisipasi dalam prilaku-prilaku yang diskriminatif

b.    Unsur-unsur keragaman dan kesetaraan
1.    Suku bangsa dan ras
Suku bangsa yang menempati wilayah Indonesia dari sabang sapai marauke sangat beragam. Seangkan perbedaan ras muncul karena adanya pengelompokan besar manusia yang memiliki ciri-ciri biologis lahiria yang sama seperti rambut,warna kulit, ukuran-ukuran tubuh,mata, ukuran kepala, dan lain sebagainya
2.    Agama dan Keyakinan
Agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan yang dimaksut berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap dengan panca indra Dalam peraktiknya fungsi agama dalam masyarakat antara lain adalah :
·         Berfungsi edukatif : ajaran agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan melarang
·         Berfungsi penyelamat
·         Berfungsi sebagai perdamaian
·         Berfungsi sebagai Social control
·         Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas
·         Berfungsi transformative
·         Berfungsi kereatif
·         Berfungsi sublimatif
3.    Ideologi dan Politik
Idiologi adalah suatu istilah umum bagi sebuah gagasan yang berpengaruh kuat terhadap tingkah laku dalam situasi khusus karena merupakan kaitan antara tindakan dan kepercayaan yang fundamental
4.    Tata Krama
Tata krama yang dianggap ari bahasa jawa yang berarti “ adapt sopan santun, basa basi “ pada dasarnya ialah segala tindakan,perilaku,adapt istiadat,tegur sapa, ucap dan cakap sesuai kaedah atau norma tertentu
5.    Kesenjangan Ekonomi
6.    Kesenjangan Sosial
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dengan bermacam
tingkat, pangkat, dan starta social yang hierarkis
Pengaruh Keragaman Terhadap Kehidupan Beragama, Bermasyarakat, bernegara, dan kehidupan sosial
Hal ini disebabkan oleh sifat dasar yang selalu dimiliki oleh masyarakat majemuk
sebagai mana dijelaskan oleh Van De Berghe :
a)    Terjadinya sekmentasi kedalam klompok-kelompok yang sering kali memiliki
kebudayaan yang berbeda
b)    Memiliki setruktur social yang terbagi-bagi kedalam lembaga-lembaga yang bersifat non komplemeter
c)    Kurang mengembangkan konsesus diantara para anggota masyarakat tentang nilai- nilai social yang bersifat dasar
d)    Secara relatip sering kali terjadi konflik diantara klompok yang satu dengan yang lainnya
e)    Secara relatip intergerasi social tumbuh diatas paksaan dan saling ketergantungan didalam bidang ekonomi
f)     Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain
Jika keterbukaan dan kedewasaan sikap dikesampingkan, besar kemungkinan tercipta masalah-masalah yang menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa seperti :
a)    Disharmonisasi, adalah tidak adanya penyesuaian atas keragaman antara manusia dengan dunia lingkungannya
b)    Perilaku diskriminatif terhadap etnis atau klompok masyarakat tertentu akan memunculkan masalah yang lain, yaitu kesenjangan dalam berbagai bidang yang tentu saja tidak menguntungkan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara
c)    Eksklusifisme, rasialis, bersumber dari superioritas diri, alasannya dapat bermacam- macam, antara lain keyakinan bahwa secara kodrati ras / sukunya kelompoknya lebih tinggi dari ras/ suku/ klompok lain
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memperkecil masalah yang
diakibatkan oleh pengaruh negative dari keragaman, yaitu
a.    Semangat religius
b.    Semangat Nasionalisme
c.    Semangat Fluralisme
d.    Semangat humanism
e.    Dialog antar umat beragama
Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi hubungan antar agama, media, masa, dan harmonisasinya
Kesimpulan
Di tengah arus reformasi dewasa ini, agar selamat mencapai Indonesia Baru, maka idiom yang harus lebih diingat-ingat dan dijadikan landasan kebijakan mestinya harus berbasis pada konsep Bhinneka Tunggal Ika. Artinya, sekali pun berada dalam satu kesatuan, tidak boleh dilupakan, bahwa sesungguhnya bangsa ini berbeda-beda dalam suatu Keragaman.  Kesetaraan bisa di wujudkan dengan pemerataan pembangunan di seluruh wilayah NKRI dan juga keadilan di dalam bidang hukum ( bahwa semua sama di di hadapan hukum ). Namun, jangan sampai kita salah langkah, yang bisa berakibat yang sebaliknya: sebuah konflik yang berkepanjangan.  Oleh karena itu Keragaman dan Kesetaraan harus di tanamkan sejak dini kepada generasi muda penerus bangsa.
Sebagai makhluk individu yang menjadi satuan terkecil dalam suatu organisasi / kelompok manusia harus memiliki kesadaran diri terhadap realita yang berkembang di tengah masyarakat sehingga dapat menghindari masalah yang berpokok pangkal dari keragaman dan keserataan sebagai sifat dasar manusia.     
Daftar Pustaka
          Siswono Yudo Husodo. 2009. Pancasila dan keberlanjutan NKRI ( http://www.liveconector.com)
          Ilmu Sosial Budaya Dasar ( http://yudihartono.wordpress.com/ )
          M Zaid Wahyudi. 2009. Jadikan Toleransi sebagai Modal. Artikel-artikel Islam ( http://ajaranislam.com)
          Mengenali dan Mengelola Keragaman  ( http://pdfdatabase.com)
          Ignatius Yunanto. 2008. Multikulturalisme sebuah perjuangan panjang bangsa Indonesia. ( http://joenanto.multyply.com)
          ujito. 2009. Identitas Nasional Indonesia ( http://maharsi-rujito.blogspot.com)


Kehendak buta


Filsafat Arthur Schopenhauer
Arthur Schopenhauer adalah seorang filsuf Jermanyang melanjutkan tradisi filsafat pasca-Kant. Schopenhauer lahir di Danzigpada tahun 1788. Ia menempuh pendidikan di Jerman, Perancis, dan Inggris.Ia mempelajari filsafat di Universitas Berlin dan mendapat gelar doktor di Universitas Jena pada tahun 1813. Ia menghabiskan sebagian besar hidupnya di Frankfurt, dan meninggal dunia di sana pada tahun 1860.

Dalam perkembangan filsafat Schopenhauer, ia dipengaruhi dengan kuat oleh Kant dan juga pandangan 
Buddha. Pemikiran Kant nampak di dalam pandangan Schopenhauer tentang dunia sebagai ide dan kehendak. Kant menyatakan bahwa pengetahuan manusia terbatas pada bidang penampakan atau fenomena, sehingga benda-pada-dirinya-sendiri (das Ding an sich) tidak pernah bisa diketahui manusia. Misalnya, apa yang manusia ketahui tentang pohon bukanlah pohon itu sendiri, melainkan gagasan orang itu tentang pohon. Schopenhauer mengembangkan pemikiran Kant tersebut dengan menyatakan bahwa benda-pada-dirinya-sendiri itu bisa diketahui, yakni "kehendak".

A. Prolog
Arthur Schopenhauer lahir pada 22 Februari 1788 di Danzig Polandia.Keluarga Schopenhauer sangat kental dengan tradisi Belanda. Ayahnya, Heinrich Floris Schopenhauer (1747 – 1805) adalah seorang pengusaha sukses yang mengontrol keluarganya dengan gaya bisnis. Nama Arthur Schopenhauer mencerminkan luasnya jaringan sang ayah dalam perdagangan internasional, sehingga ia memilihkan nama untuk anak pertamanya itu dengan kolaborasi kosa kata Jerman, Perancis, dan Inggris. Pada bulan Maret 1793, ketika Schpenhauer masih berusia 5 tahun, keluarga pindah ke Hamburg, setelah Danzig diduduki oleh Prussia.
Lahir di tengah keluarga pengusaha kaya, Schopenhauer sering melakukan kunjungan wisata ke berbagai negara di Eropa. Pada tahun 1797 – 1799 ia tinggal di Perancis, dan sebentar tinggal di Inggris di tahun 1803. Kondisi inilah yang memungkinkan Schopenhauer mempelajari bahasa Negara-negara yang dikunjunginya.Schopenhauer dalam diarynya mengatakan, tinggal di Perancis adalah pengalaman paling menyenangkan. Meskipun sejak kecil sang ayah telah mendidiknya dengan bisnis, dan selama dua tahun ia mengikuti kursus dan magang bisnis di Hamburg, namun Schopenhauer merasa bisnis bukanlah jalan hidup yang cocok baginya. Pada usia 19 tahun, ia memutuskan untuk mempersiapkan diri masuk perguruan tinggi. 20 April 1805 adalah hari menyedihkan bagi Schopenhauer, karena sang ayah meninggal dunia, yang diduga kuat akibat bunuh diri.
Setelah kematian Floris, Ibu Schopenhauer, Johanna Troisiener Schopenhauer (1766 – 1838), memutuskan untuk pindah bersama anak-anaknya ke Weimar.Johanna adalah wanita cerdas dan memiliki pergaulan yang luas. Di Weimer ia bersahabat dengan Johann Wolfgang von Goethe (1749-1832). Di Weimer, Johanna Schopenhauer aktif menulis essai, kisah perjalanan, dan novel.
Pada tahun 1809, Schopenhauer memulai studi di University of Gottingen di bidang Kedokteran, kemudian mengambil Filsafat. Di Gottingen, dia terpikat dengan pandangan seorang “skeptical philosopher”, Gottlob Ernst Schulze (1761 – 1833). Lewat Schulze-lah Schopenhauer mengenal pemikiran Plato dan Immanuel Kant.Setelah melewati masa studi 2 tahun di Gottingen, Schopenhauer kemudian mendaftarkan diri di Universitu of Berlin. Di sana ia diajar oleh Johann Gottlieb Fichte (1762 – 1814), dan Friedrich Schleiermacher (1768-1834). Di dua universitas ini, Schopenhauer mempelajari banyak bidang keilmuan, antara lain: fisika, psikologi, astronomi, zoology, arkeologi, fisiologi, sejarah, sastra dan syair. Pada umur 25 tahun ia berhasil menyelesaikan disertasi dengan judul “The Fourfold Root of the Principle of Sufficient Reason”. Pada tahun 1813, ia memutuskan pindah ke Rudolstadt, dan pada tahun yang sama ia menyampaikan disertasinya di University of Jena, kemudian dianugerahi gelar doktor filsafat in absentia.
Arthur Schopenhauer adalah filsuf yang aktif menghasilkan karya. Adapun tulisan-tulisan itu adalah,
·         1813, Über die vierfache Wurzel des Satzes vom zureichenden Grunde (On the Fourfold Root of the Principle of Sufficient Reason)
·         1816, Über das Sehn und die Farben (On Vision and Colors)
·         1819 [1818], Die Welt als Wille und Vorstellung (The World as Will and Representation) [first edition, one volume]
·         1836, Über den Willen in der Natur (On the Will in Nature)
·         1839, “Über die Freiheit des menschlichen Willens” (“On Freedom of the Human Will”)
·         1840, “Über die Grundlage der Moral” (“On the Basis of Morality”)
·         1841 [1840], Die beiden Grundprobleme der Ethik (The Two Fundamental Problems of Ethics) [joint publication of the 1839 and 1840 essays in book form]
·         1844, Die Welt als Wille und Vorstellung (The World as Will and Representation) [second edition, two volumes]
·         1847, Über die vierfache Wurzel des Satzes vom zureichenden Grunde (On the Fourfold Root of the Principle of Sufficient Reason) [second edition, revised]
·         1851, Parerga und Paralipomena
·         1859, Die Welt als Wille und Vorstellung (The World as Will and Representation) [third edition, two volumes]
B. Pembahasan
Schopenhauer dikenal dengan sifat pesimisme dan gayanya yang tidak ramah.Ia sangat antipati kepada Hegel, sampai-sampai ia bersikeras mengadakan perkuliahan di waktu yang bersamaan saat Hegel memberikan kuliah. Malang bagi Schopenhauer, para mahasiswa lebih menyenangi kuliah Hegel dibandingkan kuliah yang ia berikan. Sehingga mahasiswa yang duduk mendengarkan ceramah Schopenhauer bisa dihitung dengan jari.Ia akhirnya memutuskan berhenti mengajar di universitas karena popularitas Hegel sangat sulit disaingi kala itu. Untunglah ia seorang yang kaya, sehingga memilih untuk mencurahkan diri untuk menulis buku. Dalam buku-bukunya Schopenhauer sering menyinggung tentang “penipu”, yang secara eksplisit ia sandarkan kepada Hegel.
Tentu menarik, mengetahui apa yang membuat Schopenhauer begitu teramat benci kepada Hegel? Robert C. Solomon dan Kathleen M. Higgins penulis buku “A Short History of Philosophy” mengatakan, “yang paling dibenci Schopenhauer pada Hegel adalah optimismenya, perasaannya bahwa umat manusia sedang maju”.
Sementara Schopenhauer berpendirian bahwa banyak orang, sebagian besar zaman, benar-benar tertipu.Manusia merasa mengetahui dunia yang sedang dihadapinya.Padahal banyak misteri-misteri yang tak terungkap dalam kehidupan ini.Atas dasar pemikiran seperti inilah, Schopenhauer mengagumi pemikiran-pemikiran Immanuel Kant.Schopenhauer mengatakan bahwa Kant telah bertindak benar ketika membagi realitas menjadi dunia fenomena dan dunia noumena.
Tidaklah, seseorang dikatakan sebagai filsuf, ketika memiliki pemikiran yang sama persis dengan filsuf sebelumnya. Penyandangan gelar filsuf amat terkait dengan originalitas dan kreativitas berpikir.Oleh karena itu, Schopenhauer mengatakan filsafatnya sebagai koreksi dan upaya melengkapi filsafat Kant. Menurutnya, Kant benar dalam membagi realitas menjadi dua, tapi Kant keliru saat menjelaskan apa yang dimaksud kedua dunia itu.
Untuk dunia fenomenal, ada kesalahan yang dilakukan Kant.Meskipun Kant mengatakan semua pengetahuan manusia harus diderivasikan dari pengalaman, dalam kenyataannya Kant malah mengarahkan sebagai besar kerja investigasinya bukan pada hakikat pengalaman, tapi kepada hakikat berpikir konseptual.Dalam mengkoreksi kesalahan ini, Schopenhauer kemudian berupaya mencari jalan keluar dengan melakukan investigasi mengenai bagaimana manusia manusia menyadari kenyataan mengalami, mengetahui, dan mengomunikasikan realitas yang spesifik dan unik.
Terkait dengan dunia fenomenal, Schopenhauer menilai filsafat Kant memiliki dua kekeliruan mendasar.Pertama, Kant memandang dunia noumena terdiri dari hal-hal dalam-dirinya-sendiri (jamak).Kedua, Kant menganggap noumena sebagai penyebab dari persepsi manusia.
Bagi Schopenhauer, manusia mendapatkan ide tentang pembedaan (diferensiasi) jika dilingkupi oleh penerimaan akan konsep ruang dan waktu. Sementara Kant menunjukkan bahwa ruang dan waktu merupakan bentuk-bentuk sensibilitas manusia. Jadi, konsep ruang dan waktu tidak akan bisa ada dalam sebuah realitas tanpa subjek karena dalam realitas itu, semua yang-eksis, eksis dalam-dirinya-sendiri (Das Ding an sich) yang bersifat independen dari pengalaman. Oleh karena itu, diferensiasi hanya bisa dilakukan dalam dunia pengalaman dan tidak bisa dilakukan dalam dunia realitas noumena.Karena itu pula, tak mungkin ada benda-benda (jamak) dalam-dirinya- sendiri yang berbeda-beda dan eksis secara indenpenden dari subjek yang mengalaminya.
Pengetahuan pada hakikatnya bersifat dualistis, yaitu sesuatu yang menjadi isi dari pengetahuan itu dan sesuatu yang mengetahui. Jadi, jika ada sesuatu yang eksis secara tak terdiferensiasi (tak terbedakan dari yang lain), maka sesuatu itu tak akan bisa mengenali dirinya sendiri, karena pengenalan akan diri sendiri mengandaikan pembedaan dengan diri yang lain.
Schopenhauer memandang bahwa dalam realitas total terdapat realitas yang bersifat immaterial, tak terdiferensiasi, tak berwaktu, dan tak beruang, yang terhadapnya manusia tidak akan pernah bisa memiliki pengetahuan yang bersifat langsung, dan realitas itu memanifestasikan dirinya pada manusia dalam bentuk dunia fenomenal dari objek-objek materiil (termasuk manusia sendiri) yang terdiferensiasi dalam ruang dan waktu. Kesimpulan ini sama persis dengan arus utama agama Hindu dan Budha.
Atas pemikirannya ini, Schopenhauer diduga terpengaruh dengan tradisi Budha. Namun, jika melihat latar belakangnya sebagai seseorang yang bukan religius, tidak mempercayai kehidupan setelah mati, bahkan tidak mempercayai Tuhan atau ruh, maka pendapat yang benar adalah, Schopenhauer menemukan kesimpulan tersebut melalui argumentasi rasional dalam kerangka tradisi utama filsafat Barat. Baru setelah ia mengetahui bahwa para pemikir Hindu dan Budha telah mencapai kesimpulan yang sama dengan Kant dan dirinya sendiri, ia kemudian mempelajari karya-karya pemikir Hindu dan Budha dengan antusias dan ketertarikkan yang luar biasa.
Aspek lain yang berseberangan antara Schopenhauer dan Kant adalah terkait dasar etika. Menurut Schopenhauer, dalam dunia fenomena, manusia eksis sebagai individu-individu. Manusia eksis sebagai objek-objek materiil yang menempati ruang dan berada dalam suatu waktu.Diferensiasi sebagai individu ini hanya bisa diamati dalam dunia fenomena.Sedangkan secara noumena, tidak mungkin untuk mendiferensiasi diri sendiri.Oleh karena itu, manusia semuanya pastilah “yang satu”.Jadi, ada sebuah perasaan puncak bahwa jika aku melukaimu, maka aku melukai diri sendiri.Atas dasar itulah etika dibangun atas dasar kasih sayang, rasa persaudaraan, perhatian tanpa pamrih yang tumbuh dari dalam diri manusia itu sendiri, bukan lahir atas dasar rasionalitas sebagaimana yang disampaikan oleh Immanuel Kant.
Schopenhauer mengatakan, jika manusia memang ingin memahami hakikat batin, dan signifikansi dunia luar, maka ia harus melakukan investigasi atas proses yang dijalani atas proses yang dijalani oleh batin dan menelusuri pengalaman luar dirinya. Schopenhauer berpandangan, penjelasan-penjelasan hakiki mengenai realitas tidak bisa ditemukan dalam sains.Bukan berarti, manusia harus meninggalkan sains.Bahkan Schopenhauer mengatakan, dalam upaya memahami dunia, manusia harus memanfaatkan semaksimal mungkin dan penuh antusias semua sumber daya sains, tetapi jangan melupakan sumber-sumber selain sains.
Untuk karena itu, Schopenhauer mengajak pembacanya untuk memandang seni sebagai instrumen untuk memahami realitas yang tak semata-mata materiil tapi juga immaterial. Dalam buku catatannya Schopenhauer mengatakan, “Filsafat telah sejak lama menjalani proses pencariannya secara sia-sia karena ia memang lebih cendrung mencari dengan cara sains daripada dengan cara seni.” Pengalaman manusia tidak bisa diartikulasikan dalam bahasa universal yang berbentuk konsep-konsep.Namun, pengalaman bisa diartikulasikan dalam karya-karya seni.
Terkait pemikiran terkait dengan seni ini, Schopenhauer dipengaruhi oleh ide-ide Platonis tentang dunia ide dan dunia ini, dimana Plato berpandangan dunia ini adalah dunia semu dari dunia sebenarnya yang ada di dunia ide. Atas dasar inilah kemudian, ia membuat hierarkhi seni, yakni:
1.     Seni yang bertemakan tahap pertama dan terendah dari objektivikasi kehendak, yaitu unsur-unsur anorganik dari alam (sekumupulan batu besar, tanah, air, dan sebagainya). Seni ini adalah arsitektur.
2.     Seni yang mengambil tema objek kedua dari objektivikasi kehendak, seperti bunga-bunga, pohon-pohon, kehidupan tumbuh-tumbuhan secara umum. Seni ini adalah lukisan.
3.     Seni yang mengambil tema objek ketiga dari objektivikasi kehendak, yaitu kehidupan binatang yang terkait dengan bobot tubuh, ukuran, bentuk tubuh, dan gerak-geriknya. Seni ini adalah seni pahat.
4.     Seni yang mengambil tema pasang-surut perasaan manusia, perkembangan emosi, karakter, hubungan sosial, konflik, penciptaan, takdir, dan penyelesaian krisis. Seni ini adalah puisi dan drama.
Kecendrungan Schopenhauer untuk menelisik misteri batin manusia membuat ia sampai pada pemikiran bahwa manusia itu tetap eksis karena adanya kehendak untuk hidup (will of life). Semakin manusia menyelidiki berbagai perasaan dan emosinya, maka ia akan semakin melihat bahwa semua itu merupakan modifikasi dari kehendak. Schopenhauer tidak mengklaim pandangan ini original dari dirinya.Tapi sebenarnya sudah direnungkan oleh para pemikir hebat sejak St. Augustinus. Dalam “The City of God”, Augustinus mengatakan,
“Kehendak ada dalam semua perasaan ini; bahkan, perasaan-perasaan itu tak lain adalah kecendrungan-kecendrungan sang kehendak. Oleh karena itu, apakah sesungguhnya hasrat dan kegembiraan itu jika bukan kehendak yang mencapai keharmonisan dengan hal-hal yang kita hasratkan? Dan apakah rasa takut dan sedih itu jika bukan kehendak yang tengah berada dalam keadaan tidak selaras dengan hal-hal yang tidak kita sukai.”
Atas inspirasi dari St. Augustinus inilah Schopenhauer berpandangan bahwa intelek sebagai pelayan, bukan tuan bagi kehendak, dan dengan begitu, segenap kehidupan batin manusia terdiri atas, atau didominasi oleh kehendak dalam berbagai manifestasinya. Melangkah lebih jauh.Schopenhauer mencoba terus menelusuri tesis kehendak ini pada realitas fenomena dan noumena.
Bagi Schopenhauer, pikiran adalah sesuatu yang merujuk kepada sebuah subkelas kecil dari benda-benda objektif. Pikiran lebih terkait dengan yang materiil daripada dengan yang noumenal, dan pikiran muncul sebagai aktivitas ataupun sebagai epifenomena dari materi.Semua pikiran yang diketahui manusia adalah pembayangan dari objek-objek materiil.Dunia noumenal sebagai sumber manifestasi dunia fenomenal digerakkan oleh dorongan metafisis yang bersifat primitif dan memanifestasikan dirinya dalam eksistensi dengan sebutan “kehendak”. Kehendak di sini tidak sama dengan kehendak manusia berkaitan dengan kesadaran diri. Kehendak yang bersifat metafisis ini (metaphysical will) tak ada hubungannya dengan tujuan-tujuan, keinginan-keinginan, atau maksud-maksud.Kehendak ini berkonotasi pada sesuatu yang bukan saja mendahului kehidupan, melainkan juga mendahului materi.Kehendak metafisis ini merupakan sebuah daya yang buta, nonmaterial, nonpersonal, dan nonbernyawa.
Alam semesta merupakan kehendak yang bersifat metafisis ini.Kehendak mengada dan bertahan hidup yang dimiliki oleh manusia bukanlah kehendak noumenal dalam dirinya sendiri, tetapi manifestasi dari kehendak noumenal itu dalam dunia fenomena.Oleh karena itu, dia bisa menjadi objek dari pengetahuan manusia.
C. Penutup
Arthur Schopenhauer memulai jejak filsafat dengan pengalaman pahit dengan kondisi masyarakat yang lebih menghargai filsafat Hegel. Lewat rasa “sakit hati” inilah, ia terus berkarya untuk membuktikan bahwa ia sejajar dengan Hegel bahkan melebihi Hegel dalam beberapa sisi. Hal ini akhirnya terbukti.Setelah kematiannya, karya-karya Schopenhauer telah menjadi inspirasi berharga bagi banyak filsuf-filsuf besar sekaliber Nietchze dan Karl Popper untuk memahami dunia. Bahkan Popper mengatakan, dari Schopenhauerlah ia sadar dan menemukan jalan berpikir sendiri. Schopenhauer telah membangun banyak orang bahwa dunia ini harus dilihat lebih kritis lagi, karena terjebak dalam sikap optimisme yang berlebihan akan membuat manusia kehilangan untuk memahami dirinya dan dunia yang melingkari kehidupannya.
Daftar Pustaka
·         Editor. First published Mon May 12, 2003; substantive revision Sat Nov 17, 2007. Arthur Schopenhauer. http://plato.stanford.edu/entries/schopenhauer/. Didownload pada tanggal 31 Desember 2009
·         Magee, Bryan. Cetakan I Juni 2005. Memoar Seorang Filosof: Pengembaraa di Belantara Filsafat. Penerbit Mizan. Bandung.
·         Solomon, Robert C. dan Kathleen M. Higgins. Cetakan I April 2002. Sejarah Filsafat. Penerbit Bentang: Yogyakarta